Untukmu yang Kupikir Akan Bersamaku Selamanya, Maaf Karena Semuanya Kini Berbeda


Untukmu yang mungkin tak akan pernah lagi kulihat senyumnya.
Aku masih bisa mengingat betapa waktu telah berjalan dengan cepat dan tak kutemukan lagi kehadiranmu di sisiku. Karaktermu yang mengagumkan, penuh humor dan setiap keceriaanmu mampu meluluhkanku yang selama ini terkenal kaku.

Hanya dalam hitungan bulan, aku tahu bahwa kita berdua jatuh cinta. Dan entah kenapa setiap cinta yang datang rasanya selalu tak sama.


Kamu membuat segalanya menjadi mudah dan indah. Kehadiranmu menjadi pusat dari semua pandanganku. Dan tak bisa kulepaskan pandangan ini begitu saja dari matamu. Tak pernah kulewati hari Valentine tanpa adanya bunga, cokelat dan senyuman manismu. Kita berdua adalah hal terbaik yang pernah kudapatkan. Dan aku tak pernah berhenti berterima kasih pada Tuhan.

Aku tahu saat itu kita berdua masih muda dan terbata-bata mengeja dunia. Kamu belum berpikir seberapa serius hubungan ini akan berjalan. Dan setelah bertahun-tahun kita tertawa bersama, kamu mengakhiri hubungan yang cepat atau lambat akan tetap menemui jalan akhir.

Awalnya aku yakin bahwa kita berdua telah digariskan dan suatu saat kita akan berjumpa meski dalam sosok yang berbeda. Dengan segenap luka, aku meneriakimu dan berkata padamu bahwa aku terlalu berharga untuk kamu tinggalkan. Dan penuh uraian air mata kamu memelukku dan berkata padaku bahwa kamu tak akan melakukannya lagi padaku. Karena itulah kali terakhir kita bertemu.

Kecewa. Setelah sekian banyak kesempatan yang aku berikan, kini kamu pergi tanpa memberika perlawanan. Aku percaya padamu, asal kamu tahu.


Aku percaya karena aku mencintaimu dan aku sangat putus asa ingin menjadi perempuan yang kamu cintai dan ingini. Aku mau melakukan segalanya untuk membahagiakanmu, namun sayangnya kamu tak pernah cukup bahagia bersamaku.
Kini satu tahun lebih terlewati ketika kamu mengakhiri hubungan kita yang memang harus diakui hubungan terbaik yang pernah kujalani. Tapi aku tak akan memberikan kesempatan apapun lagi, karena aku tahu bahwa tak akan ada yang berubah di antara kita. Ketika kamu telepon dan meminta maaf padaku, dan ingin kembali lagi, maafkan aku karena menolak ajakanmu.

Bukan karena aku tak mencintaimu, tapi karena aku ingin belajar untuk mengeja kehidupan tanpa adanya senyummu di setiap pagiku.


Satu tahun berpisah mengajariku banyak hal. Ternyata aku belum sepenuhnya mengenal siapa diriku sebenarnya. Aku telah mengumpulkan kekuatan yang entah kudapat darimana dan kebebasan untuk berpisah darimu. Dan kini aku menjadi perempuan yang selama ini aku inginkan. Memang benar, waktu telah menyembuhkan beragam luka, perlahan namun tetap tersembuhkan. Bagaimanapun, waktu tak akan pernah mengambil cinta yang selama ini memang untukmu.

Beberapa waktu yang lalu, aku tahu bahwa kamu kini bahagia dengan seseorang yang baru. Kebahagiaan itu terlalu kentara untuk kamu tutupi dariku. Untuk setiap hari yang kulewatkan dengan air mata dan meratapi kisah cinta tragis kita, akhirnya seseorang telah menggenggam tangan yang selama ini kugenggam dengan hangat.

Entahlah, aku tak akan pernah tahu.

Apa yang kita miliki dulu, tak akan pernah tergantikan. Aku akan tetap berbahagia mengenang setiap malam yang kita habiskan untuk berbicara tentang semesta, bagaimana kita mengendap-endap ke pantai dan melihat bintang hingga pagi menjelang. Aku percaya bahwa cinta akan menemukan jalannya dan bertemu denganku ketika memang sudah waktunya. Namun cinta yang baru tak akan pernah sama rasanya.
Kamu mengajariku cinta dalam sebenar-benar bentuk. Namun kamu juga mengajariku bahwa cinta juga bisa menjadi hal yang terkutuk.

Dengan bantuanmu selama ini aku akan lebih baik mencintai, namun tak akan pernah melupakan cinta yang dulu kita jalani. Maka dari itu terima kasih atas tahun-tahun terbaik selama ini.

Selamat tinggal, semoga kita berdua mendapatkan apa yang memang pantas kita jalankan.

Dari aku,
Yang dulu setengah mati mencintaimu.



No comments:

Post a Comment